“Ojo leren lamun durung sayah, Ojo mangan lamun durung luwe, Ojo lali karo asale”
Daerah pesisir Mandaran adalah salah satu wilayah yang bisa dibilang memiliki kondisi geografis yang cukup padat. Sebagai sebuah wilayah yang berada hilir sungai, kondisi wilayah Mandaran kerapkali menjadi pusat tumpukan sampah kiriman baik dari sungai yang melewati pasar Besuki maupun sampah kiriman dari laut saat air pasang. Selain menjadi daerah yang rawan menjadi wilayah tumpukan sampah, kerapkali juga terjadi isu konflik pertentangan dan perseteruan dengan wilayah sekitar akibat dari perbedaan pendapat tentang pengerukan pasir kiriman dari pasang surut air laut yang kemudian menjadi pasir payau setelah terbawa sampai ke hilir sungai.
Berangkat dari kondisi ini, serta keinginan dari masyarakat untuk menjadi lebih baik dan merubah kondisi wilayah pesisir Mandaran yan dulunya dikenal sebagai wilayah yang kumuh agar dapat menjadi wilayah yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Masyarakat pesisir Mandaran juga ingin menyelesaikan konflik yang kerapkali terjadi akibat dari perbedaan pendapat terkait dengan eksploitasi pasir payau yang terdapat di sungai yang membatasi wilayah Mandaran dengan desa lain di sekitar. Maka secara resmi pada tanggal 18 November 2018 terbentuklah wadah apresiasi dan perkumpulan masyarakat yang menengahi dan menjadi pionir dari gerakan perubahan di daerah Pesisir Mandaran.
Paku Lima Sebagai Wadah Gerakan Masyarakat

Paku Lima adalah sebuah akronim untuk Paguyuban Kampung Uang Lingkungan Mandaran yang disingkat menjadi (Paku Lima). Istilah Kampung Uang berasal dari visi pertama pembentukannya paguyuban ini sebagai upaya dan usaha untuk meningkatkan taraf ekonomi. Kampung Uang sendiri bermakna Untuk Anda Nongkrong Gratis, tapi kalo mau minum kopi, makan cemilan, makan ikan bakar dan lalapan ikan ya bayar lah Bos 😂
Paguyuban ini berawal dari proses berfikir panjang seorang H Hambali yang mendapat mandat dari Habib Hud Musthofa al-Hirit untuk membantu melakukan pembinaan kepada masyarakat Mandaran.
Empat sampai lima kali H. Hambali mendatangi tanah oloran di madaran yg saat ini telah berubah nama menjadi paguyuban PAKULIMA. Setelah beberapa kali obesrvasi itulah, maka H. Hambali bertemu dan berbincang dg pak Her Paku selaku ketua RT 1 dusun Mandaran. Dari beliau diperoleh keterangan bahwa tanah oloran di tempat tersebut, pasirnya seringkali ditambang dan diambil oleh orang orang sekitar baik oleh masyakat mandaran sendiri lebih lebih maysarakat dusun petukangan dan pesisir. Hal ini apabila dibiarkan akan menyebabkan terjadinya abrasi yg berdampak pada pendangkalan sungai kali juma’in. Di samping itu, perebutan pasir menjadi potensi konflik horizontal, apbila diperingatkan kpd penambang pasir, mereka tdk mengindahkan bahkan balik menantang untuk berkelahi atau carok.
Berangkat dari latar belakang tersebut, maka H. Hambali mengusulkan agar dibentuk saja sebuah paguyuban. Maka diinisiasi mebentuk sebuah Paguyuban dengan mengundang masyarakat, Camat, Kaplosek, Kepala Desa dan Kepala Syahbandar Pelabuhan Besuki. Pada tanggal 18 November 2018 terbentuk Paguyuban yg diberi nama PAKULIMA.
Sebagai wadah berkumpulnya masyarakat, Paku Lima memiliki beberapa kegiatan rutin yang ditujukan untuk menjadi media perekat kekeluargaan dan berkumpul guyub rukun antar warga dan masyarakat. Beberapa kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Paguyuban Paku Lima diantaranya Tahlilan yang dilaksanakan setiap hari Jumat pagi serta pengajian dan Shalawatan yang dilaksanakan setiap 2 mingu sekali.
___
Sumber Gambar :
Dokumentasi Pribadi