Jum’at/12/02/21 – Perbaikan tangkis secara rutin perlu dilakukan semenjak dibuat pada akhir tahun 2018. Urgensinya adalah sebagai tangkis guna mengantisipasi terjadinya abrasi pasir sebagai tanah oloran yang dapat mengakibatkan dangkalnya arus sungai Kali Juma’in yang dapat berdampak kepada nelayan. Apabila dibiarkan, akan terjadi penyempitan dan pendangkalan aliran dan arus air sungai, praktis hal itu akan membuat laju perahu yang akan menghantarkan barang dan penumpang ke seberang Madura menjadi macet dan bisa jadi tidak dapat berlayar karena dangkalnya arus sungai.
Kali Juma’in menjadi sarana transportasi bagi orang-orang Besuki yang akan menyebrang ke pulau Madura. Kedalaman arus sungai mutlak dibutuhhkan untuk memperlancar laju perahu dan tidak membuat perahu tersendat. Dangkalnya sungai juga dapat merusak beberapa bagian kapal milik nelayan jika dibiarkan dan dipaksakan terus beroperasi.
Memanfaatkan momentum adanya peserta KKN Universitas Nurul Jadid di lingkungan Paguyuban bersamaan dengan kegiatan rutin Jum’at pagi yakni; arisan, pembacaan tahlil bagi para leluhur, dan pembacaan Sholawat Nariyah, tepat selesai acara tersebut kemudian dilanjutkan dengan kerja bakti memperbaiki tangkis yang mulai tampak rapuh dimakan usia.

Proses restorasi tangkis dimulai dengan pembelahan bambu duri yang sebelumnya sudah dipotong dan dibawa ke daerah pesisir menggunakan palu gada yang cukup besar. Bambu dihantam dengan gada di setiap bhukoh nya agar pecah dan bisa dibelah dengan mudah kemudian. Sebagian yang lain juga turut mencopoti bagian-bagian tangkis yang sudah lapuk dimakan usia agar dapat langsung diganti dengan bambu yang baru.
Setelah semua bambu selesai dibelah dan pasak bambu baru sudah dipasang, bambu yang sudah dibelah kemudian secara gotong royong disusun selang-seling agar padu dan kuat menahan abrasi, lembah-lembah yang tersisa kemudian ditimbun dengan bambu lapuk bekas tangkis yang sudah dicopot kemudian ditimpa dengan karung yang sudah diisi dengan pasir sebelumnya.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat bermanfa’at bagi paguyuban dan masyarakat sekitar, eksistensi tempat ini diharapkan pula tetap dalam upaya dan menjadi wadah kegiatan postif.” tutur H. Hambali terkait dengan kegiatan perbaikan tangkis sungai yang dilaksanakan pada hari Jum’at pagi tersebut.
Kegiatan kegiatan positif sebagai dampak dari keguyuban partisipasi ekologi warga adalah adanya kegiatan keagamaan, pendidikan, kajian dan ekowisata yang sedikit demi sedikit akan mampu mengangkat taraf ekonomi warga khususnya anggota paguyuban dengan adanya potensi wisata PAKULIMA.
Baca Juga :
- Solar Cell Charging Station – Inovasi Publik Karya Dosen UNUJA yang Diapresiasi Masyarakat
- Kunjungan Pemerintah Desa Pesisir ke Daerah Mandaran Dalam Upaya Terwujudnya BUMDES Melalui Partisipasi Ekologis Warga Mandaran Pesisir Besuki Situbondo
- Paguyuban Paku Lima – Sebuah Cerita Panjang Perjuangan Masyarakat Pesisir Mandaran