SITUBONDO – Sebagai tindak lanjut dari Pelatihan Ansos yang dilaksanakan oleh Pukat Kajian Pedesaan UNUJA pada 28 s.d. 29 Maret 2021 lalu, LP3M Universitas Nurul Jadid secara resmi menerbitkan buku berjudul “Tanah Oloran: Mengurai Gelombang, Menyemai Kebersamaan” pada Jum’at (08/10/21).
Buku tersebut merupakan luaran (output) kegiatan Pelatihan Analisis sosial yang dilaksanakan oleh Pukat Kajian Pedesaan UNUJA pada bulan Maret 2021 di lingkungan Mandaran.
Dalam kegiatan Analisis Sosial tersebut, tim Kajian Pedesaan PUKAT turut mengundang Abdul Manan. Seorang wartawan senior Tempo serta penerima penghargaan dari UNESCO.
Hasil dari kegiatan tersebut kemudian dikemas dalam bentuk luaran yang kemudian dikompilasi dengan berbagai tulisan dan publikasi tentang Desa Mandaran dan Paguyuban Pakulima dari berbagai media dan website.
Tepat pada Jum’at (08/10/21) dilaksanakan penyerahan buku sekaligus berbarengan dengan kegiatan rutin tahlil dan yasin yang dilaksanakan setiap Jum’at pagi.
Dalam kegiatan tersebut, datang Drs. H. Hambali, M.Pd selaku pembina Paguyuban Pakulima serta Ahmad Fawaid selaku ketua LP3M Universitas Nurul Jadid.
Sebanyak 100 eksemplar buku “Tanah Oloran: Mengurai Gelombang, Menyemai Kebersamaan” diberikan secara langsung kepada H. Joko Malis selaku ketua paguyuban Pakulima disaksikan oleh segenap anggota yang hadir pada acara pagi tersebut.
Dilanjutkan Dengan Roadshow Vaksinasi

Seusai penyerahan buku oleh pihak LP3M, acara pagi tersebut kemudian dilanjutkan dengan Roadshow Vaksinasi oleh Puskesmas Besuki.
Kegiatan vaksinasi tersebut diinisiasi atas kerjasama perangkat desa, paguyuban, dan puskesmas Besuki.
Warga Mandaran terpantau cukup antusias dengan diadakannya Roadshow Vaksinasi tersebut. Hal itu tampak dari banyaknya masyarakat yang hadir dan mendaftarkan diri untuk menerima Vaksinasi.
Vaksin yang dipakai dalam kegiatan tersebut merupakan Vaksin Sinovac untuk dosis pertama.
Menurut penuturan petugas di lapangan, kegiatan tersebut sangat diapresiasi dan didukung mengingat kondisi Kabupaten Situbondo yang diturunkan ke PPKM Level 3 karena tingat vaksinasinya yang masih rendah dan belum mencapai target. (*)
(rhmn)