Monday, June 5, 2023

Kenapa 22 Desember Dirayakan Sebagai Hari Ibu dan Perbedaannya dengan Mother’s Day

Peringatan Hari Ibu (PHI) yang dilaksanakan setiap tanggal 22 Desember ini merupakan upaya bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi kemerdekaan.

Hari Ibu bagi bangsa Indonesia berbeda dengan Hari Ibu di negara lain karena identik dengan tonggak gerakan perempuan Indonesia untuk berkontribusi aktif memajukan bangsa.

Dikutip dari kotaku.pu.go.id, Peringatan Hari Ibu Nasional hadir berdasarkan Keputusan Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.

Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional.

Lantas, bagaimanakah sejarah Hari Ibu Nasional ?

Sejarah Peringatan Hari Ibu (PHI)

Berikut ini sejarah hari ibu dikutip dari Panduan Pelaksanaan PHI Ke-93 Tahun 2021 dan LPMP Provinsi Riau.

Gema Sumpah Pemuda dan lantunan lagu Indonesia Raya yang pada tanggal 28 Oktober 1928 digelorakan dalam Kongres Pemuda Indonesia menggugah semangat para pimpinan perkumpulan kaum perempuan untuk mempersatukan diri dalam satu kesatuan wadah mandiri.

Pada saat itu sebagian besar perkumpulan masih merupakan bagian dari organisasi pemuda pejuang pergerakan bangsa.

Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dalam Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Gedung Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Yogyakarta.

Kongres tersebut dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera.

Hal itu menjadi latar belakang dan tonggak sejarah perjuangan kaum perempuan di Indonesia, dan memotivasi para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib bagi kaum perempuan.

Pada Kongres Perempuan Indonesia I, yang menjadi agenda utama adalah mengenai persatuan perempuan Nusantara; peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.

Salah satu keputusannya adalah dibentuknya satu organisasi federasi yang mandiri dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI).

Melalui PPPI tersebut, terjalin kesatuan semangat juang kaum perempuan untuk secara bersama-sama kaum Laki-laki berjuang meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, dan berjuang bersama-sama kaum perempuan untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang maju.

Pada tahun 1929 Perikatan Perkoempoelan Perempuan Indonesia (PPPI) berganti nama menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII).

Kemudian pada tahun 1935 diadakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta.

Kongres tersebut berhasil membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia dan juga menetapkan fungsi utama Perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa.

Fungsi ini berkewajiban untuk menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya.

Baca juga :  KPI UNUJA & DISKOMINFO Problinggo Jalin Kerjasama Lewat Kegiatan Praktikum Mahasiswa

Setelah itu pada tahun 1938, Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung menyatakan bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.

Keputusan tersebut kemudian dikukuhkan oleh Pemerintah dengan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur tertanggal 16 Desember 1959, yang menetapkan bahwa Hari Ibu tanggal 22 Desember merupakan hari nasional dan bukan hari libur.

Hingga akhirnya pada tahun, 1946 Badan ini menjadi Kongres Perempuan Indonesia disingkat KOWANI, yang sampai saat ini terus berkiprah sesuai aspirasi dan tuntutan zaman.

Peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 22 Desember tersebut kemudian dijadikan tonggak sejarah bagi Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia.

Makna Peringatan Hari Ibu (PHI)

Hari Ibu oleh bangsa Indonesia diperingati tidak hanya untuk menghargai jasa-jasa perempuan sebagai seorang ibu, tetapi juga jasa perempuan secara menyeluruh.

Baik sebagai ibu dan istri maupun sebagai warga negara, warga masyarakat dan sebagai abdi Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai pejuang dalam merebut, menegakan dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional.

Peringatan Hari Ibu dimaksudkan untuk senantiasa mengingatkan seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda, akan makna Hari Ibu sebagai Hari kebangkitan dan persatuan serta kesatuan perjuangan kaum perempuan yang tidak terpisahkan dari kebangkitan perjuangan bangsa.

Untuk itu, perlu diwarisi api semangat juang guna senantiasa mempertebal tekad untuk melanjutkan perjuangan nasional menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Makna Lambang Hari Ibu

Semangat perjuangan kaum perempuan Indonesia tersebut sebagaimana tercermin dalam lambang Hari Ibu berupa setangkai bunga melati dengan kuntumnya, yang menggambarkan:

1. kasih sayang kodrati antara ibu dan anak;

2. kekuatan, kesucian antara ibu dan pengorbanan anak; dan

3. kesadaran perempuan untuk menggalang kesatuan dan persatuan, keikhlasan bakti dalam pembangunan bangsa dan negara.

Semboyan pada lambang Hari Ibu Merdeka Melaksanakan Dharma mengandung arti bahwa tercapainya persamaan kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki.

Hal ini merupakan kemitraan sejajar yang perlu diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi keutuhan, kemajuan dan kedamaian bangsa Indonesia.

Perbedaan Hari Ibu 22 Desember dengan Mother’s Day

1. Diperingati di Tanggal yang Berbeda

Banyak negara lainnya juga merayakan pada waktu tersebut. Akan tetapi, ada juga sebagian yang memperingatinya di tanggal lain.

Hari Ibu di Indonesia diperingati setiap tanggal 22 Desember. Sedangkan dikutip dari Britannica, perayaan Mother’s Day utamanya di Amerika Serikat secara modern dirayakan pada hari Minggu kedua di Bulan Mei.

Baca juga :  Siapkan Diri! EÅ„au Bakal Tampil di Situbondo!

2. Sejarah yang Berbeda

Disebutkan dalam buku berjudul Sejarah Organisasi Perempuan Indonesia 1928-1998 karya Mutiah Amini, Hari Ibu 22 Desember di Indonesia ditetapkan dalam Kongres Perempuan Indonesia yang ketiga. Waktu tersebut dipilih karena para tokoh perempuan Indonesia kala itu melihat tanggal ini sebagai tonggak terbentuknya persatuan perempuan. Artinya, para perempuan mulai sadar atas keadaannya, kewajibannya, dan kedudukannya di Indonesia.

Dikutip dari buku Sejarah SMP Kelas VIII tulisan Anwar Kurnia dan Moh. Suryana, 22 Desember sebetulnya adalah hari lahir Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI) yang kemudian namanya diubah menjadi Perhimpunan Istri Indonesia (PPII).

Kongres Perempuan sendiri diadakan selama tiga kali. Kongres Perempuan II diadakan pada 23-28 Juli 1938 di Bandung dan dipimpin Ny. Emma Puradireja. Sementara, Kongres Perempuan II dilaksanakan di Jakarta pada 20-24 Juli 1935 dan dipimpin oleh Ny. Sri Mangunsarkoro. Sebelumnya, Kongres Perempuan Indonesia I diadakan pada 22 Agustus 1928 di Yogyakarta.

Berbeda dengan Hari Ibu di Indonesia yang bermula dari gerakan nasional kaum perempuan, Mother’s Day dimulai saat ibu dari Anna Jarvis di Philadephia, AS, menggerakkan kelompok-kelompok perempuan untuk menggalakkan persahabatan dan kesehatan. Pada 12 Mei 1907 dia mengadakan peringatan untuk mendiang ibunya di sebuah gereja di Grafton, Virginia Barat.

Dalam waktu lima tahun, setiap negara bagian pun melakukan hal yang sama. Sehingga, pada 1914 mantan Presiden AS Woodrow Wilson menetapkannya sebagai hari libur nasional.

3. Diperingati Secara Berbeda

Seperti telah dikatakan sebelumnya, menurut Keppres Nomor 316/1959 yang ditetapkan oleh Presiden Soekarno, Hari Ibu 22 Desember ditetapkan sebagai hari nasional, namun bukan hari libur. Sedangkan menurut ketetapan mantan Presiden AS Woodrow Wilson, Mother’s Day adalah national holiday atau hari libur.

Di samping itu, Jarvis sebagai pionirnya menggunakan bunga carnation putih sebagai penghormatan pada ibunya. Kebiasaan ini pun berkembang menjadi carnation pink atau merah untuk melambangkan ibu yang masih hidup dan carnation putih untuk yang telah meninggal.

Pada akhirnya, cara perayaan ini mengalami modifikasi, di mana peringatannya juga ditujukan untuk nenek maupun tante yang memiliki peran sebagai ibu. Mereka yang memperingatinya pun mulai bertukar kartu dan hadiah. Sehingga, Jarvis yang mempopulerkan peringatan ini pun akhirnya menentang peringatan Mother’s Day di akhir hidupnya. Dirinya menentang hal ini sebagai bentuk protes komersialisasi peringatan tersebut.


Comment

Rahman
Rahmanhttps://gubukinspirasi.com
Redaktur Gubuk Inspirasi dan pegiat sastra yang menggelar Perpustakaan Jalanan Besuki membaca setiap hari Sabtu dengan slogan, "Baca gratis seperti udara yang kau hirup"

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Terpopuler

Verified by MonsterInsights