Belakangan ini istilah entrepreneur semakin santer terdengar di kalangan generasi milenial, Istilah yang juga populer dengan sebutan Sociopreneur/sociopreneurship ini bisa dimaknai sebagai agen perubahan yang memiliki visi misi yang kuat maupun seseorang yang mencari perubahan sistematis.
Melihat Tingkat kewirausahaan diindonesia yang mengalami peningkatan di setiap tahunnya, hal ini membuktikan bahwa masyarakat dan semua pihak mulai menyadari pentingnya eksitensi wirausaha di indonesia, Untuk meningkatkan jumlah sociopreneur maka hal yang harus dilakukan yaitu membangkitkan semangat para calon pengusaha agar mau menjadi seorang sociopreneur.
Statement tersebut terkhusus untuk generasi muda, perlunya memupuk rasa peduli para calon pengusaha muda terhadap keuntungan masyarakat banyak sehingga masalah pengangguran dan kemiskinan di indonesia dapat segera diselesaikan.
“beri sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia”
– Ir. Soekarno
Terlontar makna yang sangat dalam dari kata bung karno bahwasannya betapa dahsyatnya peran generasi muda dalam pandangan beliau, pemuda bak secercah cahaya ditengah lembah ruang kegelapan yang memberikan harapan untuk maju.
Terlepas dari itu semua sebuah gerak pragmatis sesosok pemuda yang mempunyai semangat berwirausaha sangatlah dirindukan dibumi Indonesia ini, mengapa tidak/ dengan berwirausaha kita tidak secara langsung terbebas dari kekangan pikiran yang membuai mati kreativitas kita, dengan berwirausaha seyogyanya kita bisa bermanfaat bagi orang lain dalam hal pembukaan lowongan kerja baru.
Sayangnya, melihat realita yang ada di indonesia dari jumlah penduduk indonesia yang mencapai 240 juta jiwa, baru sekitar 400 ribu yang memilih sebagai pengusaha, lainnya lebih memilih jadi karyawan atau pegawai negri sipil alias PNS.
Simak saja jika ada pengumuman lowongan penerimaan PNS, pasti yang mendaftar puluhan ribu orang meskipun slot yang tersedia hanya beberapa ratus orang saja, demikian juga jika ada lowongan di sebuah perusahaan pasti banyak orang antre untuk melamar.
Ironisnya, ketika ada bukaan atau kesempatan untuk jadi pengusaha/entrepreneur peminatnya selalu sepi Padahal indonesia yang digadang gadang butuh sekitar 2% para pengusaha muda, seperti amerika serikat yang memiliki 11-14% entrepreneur dari total jumlah penduduk. Namun negara kita baru 0,18% dalam hati bergumam sebenarnya kita punya potensi bisa menciptakan 3% atau bahkan 7% wirausahawan muda di suatu hari kelak.
Kemajuan atau kemunduran ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari kelompok wirausahawan ini. Jika suatu bangsa tidak memiliki modal manusia ini, jangan berharap ada kemajuan yang berarti pada bangsa tersebut.
Pendapat di atas bukanlah sekadar ‘teori kosong’ yang tidak ada dalam realita, tetapi didukung oleh bukti-bukti sejarah. Dalam sejarah ekonomi negara-negara maju, kehadiran pertama kali kaum wirausahawan terlihat dari keberadaannya. Misalnya, kaum wirausahawan Jepang pada masa Restorasi Meiji,atau gelombang usahawan Cina di Hongkong dan Taiwan.
Gejala-gejala kehadiran para wirausahawan ini selaras dengan proses perubahan sosial atau menjadi suatu bentuk revolusi tersembunyi pada bangsa tersebut. Akan tetapi, kehadirannya kemudian terlihat nyata pada peningkatan pendapatan nasional, dinamika ekonomi secara keseluruhan, dan proses modernisasi ekonomi yang tidak berhenti.
Gambaran tersebut memberi bukti sejarah mengenai peranan kaum wirausahawan yang begitu dominan dalam menentukan kemajuan bangsanya. Jumlah mereka ini tidak perlu terlalu banyak.
Suatu bangsa secara teoritis harus memiliki stok modal sumber daya manusia pada hierarki yang paling tinggi ini setidaknya 2,5 persen dari total jumlah manusia yang ada pada bangsa dan masyarakat bersangkutan. Jika syarat ini dipenuhi, perekonomian bangsa tersebut akan mengalami kemajuan yang berarti.
Kelompok kecil ini kemudian diartikulasikan sebagai kelompok determinan, yang menentukan masa depan ekonomi suatu bangsa. Dengan jumlah sekecil itu, 2,5% dari total jumlah penduduk, peranan apa yang bisa dimainkan oleh kaum wiraswastawan ini? Mereka biasanya berperan sebagai gap filler yang menghubungkan atau mengisi kesenjangan antara peluang yang potensial dan kenyataan yang ada.
Peranan tersebut, untuk saat ini, sangat kita butuhkan. Banyak potensipotensi bangsa, berupa sumber daya alam, tidak mampu dikelola. Hal ini karena kekurangmampuan SDM kita untuk mengelolanya.
Karena kita kekurangan jumlah manusia-manusia bermental wirausaha, maka potensi potensi itu kita serahkan kepada asing untuk mengelola. Daripada mengusahakan meningkatkan kemampuan sendiri untuk mengelola, para elit kita tampaknya lebih suka ‘menggadaikan’ sumber daya alam tersebut.
Memang, jika jumlah yang kecil dari kaum wirausahawan ini tidak ada, dan di dalam bangsa itu hanya ada kumpulan birokrat serta masyarakat yang berwatak feodal dan bermental buruh, maka bangsa tersebut tidak akan pernah mencapai kemajuan Indonesia Leadership Development Program 2012 ekonomi.
Selama stok sumber daya manusia wirausahawan seperti ini tidak pernah hadir, dalam waktu berabad-abad pun bangsa tersebut akan tenggelam dalam kubangan keterbelakangan.
Hakikatnya Wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Ide adalah hal yang utama.
Kemampuan memiliki ide yang cemerlang akan dapat menentukan masa depan bangsa. Setiap orang pasti punya pikiran, tapi hanya sedikit yang punya ide.
Ide adalah buah pikiran yang punya arah atau tujuan yang bernilai tinggi untuk diri sendiri dan juga lingkungan.
Dapatlah dinyatakan bahwa wirausaha mendasari pendobrakan kemiskinan karena wirausaha didorong oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai dan keberhasilan.Akan tetapi terkadang pilihan menjadi seorang pengusaha muda mengandung banyak resiko yang lebih besar apabila kita hanya memilih menjadi seorang karyawan ataupun PNS.
Tetapi hal tersebut jangan dijadikan batu hambatan kita untuk maju karena dalm ilmu ekonomi mengatakan bahwa high risk high return.Padahal dilain sisi menjadi wirausaha memberikan multiple impact bagi diri kita sendiri maupun bagi sekitar kita.
Tentunya hal itu tidak semuda membalik telapak tangan, peran aktif pemerintah dalam menstimulus menculnya pengusaha-pengusaha muda sangat dibutuhkan. Mungkin melalui Pemerintah memberikan dana secara sukarela kepada mahasiswa yang masih menempuh pendidikannya di universitas-universitas negeri Indonesia untuk mengembangkan kemampuannya dalam bidang wirausaha.
Selain pemerintah, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia pun memberikan program pengembangan wirausaha kepada mahasiswa dan masyarakat secara luas.
Sinergi yang kuat antar elemen–elemen penting di Indonesia ini merupakan langkah emas menuju Indonesia yang bermartabat di pandang oleh negara lain.
*Tulisan ini ditulis oleh Ahmad Ghifari, mahasiswa Universitas Nurul Jadid Semester V