LUMAJANG, GUBUKINSPIRASI.com – Dibeberapa media seperti instagram lagi beredar video berdurasi 30 detik, menayangkan seseorang yang menemukan sesajen disekitar Gunung Semeru Lumajang, Jawa Timur, dan langsung membuangnya. Orang tersebut mengatakan bahwa adanya sesajen hanya akan mengundang murkanya Allah SWT.
“Jarang sekali disadari bahwa inilah yang justru mengundang murka Allah hingga Allah menurunkan adzabnya, Allahu Akbar,” jelasnya dalam video sambil membuang sesajen yang ditemui.
Beredarnya video tersebut membuat Gus Miftah berkomentar dalam akun instagramnya @gusmiftah. Beliau mengingatkan bahwa setiap daerah memiliki adat istiadat atau aturan yang berbeda.
“Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka,” papar Pengasuh PP Ora Aji Yogyakarta itu.
Masih dalam komentarnya, Gus Miftah dengan tegas menuliskan bahwa Islam mungkin tidak akan seperti hari ini jika cara dakwah Walisongo dilaksanakan dengan cara kekerasan dan memusuhi budaya atau adat istiadat setempat.
“Yang perlu diubah itu otak dan cara pandangnya bukan budayanya,” tegasnya.
Tidak hanya Gus Miftah, Ning Alissa Qotrunnada Wahid, juga ikut serta memberikan komentar dalam akun instagram miliknya @alissa_wahid. Menurut Koordinator Pusat Jaringan Gusdurian itu, sikap menang sendiri adalah perilaku yang menbahayakan. Bahkan sikap ini dapat meningkat dalam bentuk penindasan kepada orang dan kelompok lain atas nama kebenaran yang diyakininya.
“Boleh saja kita meyakini bahwa sesajen itu tidak boleh. Yang tidak boleh itu mengambil hak orang lain untuk mengimani hal yang berbeda,” tulisnya.
Melanjutkan komentarnya, Alissa memberikan sebuah kalimat tanya yang tentunya perlu untuk dijawab dan disadari oleh kita semua sebagai Masyarakat Indonesia.
“Adilkah kita memaksakan kemauan kita kepada orang lain?,” tanya Alissa. Padahal, keberadaan Nusantara ini dimiliki bersama, bukan milik kelompok tertentu, karena kita tidak mempunyai hak mutlak tanpa batas. Bahkan, ia mengutip salah satu arti ayat al-Quran yang melarang untuk tidak berlaku adil dikarenakan faktor kebencian kepada suatu kaum.
“Benci kepada saudara sebangsa saja sudah salah. Ini lagi, mengambil hak saudara sebangsanya yang sudah dijamin dalam konstitusi,” pungkasnya.
(Rahmad)
Mahasiswa Biru Kuning Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Nurul Jadid Probolinggo, yang tidak lain hanyalah seorang anak kelahiran pulau kecil Giligenting.