JEMBER – Masjid Sunan Kalijaga, Jalan Kalimantan, Jember Minggu (30/01/22) malam tersebut nampak sedikit berbeda dibanding biasanya.
Masjid yang biasanya dipenuhi dengan jama’ah yang hendak melaksanakan sholat 5 waktu tersebut dipenuhi dengan mahasiswa dan masyarakat yang hendak mengikuti acara “Ngaji Kitab Syu’abul Iman”.
Kitab Syu’abul Iman yang dikaji merupakan kitab kuning karangan KH M Zaini Mun’im yang merupakan pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.
Dibantu oleh mahasiswa dan alumni yang tergabun dalam Nurul Jadid in Campus (NJIC), secara rutin P4NJ Jember mengadakan kegiatan pengajian dan kajian keagamaan untuk membumikan dakwah serta tetap menjaga tali silaturahmi antara alumni dan pengasuh pesantren.
Kegiatan ngaji Kitab tersebut sendiri dilaksanakan secara rutin setiap 3 bulan sekali yang dimotori oleh pengurus P4NJ Jember dan simpatisan.
Dalam ngaji kitab yang dilaksanakan pada Minggu malam tersebut, turut hadir dewan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid seperti KH. Fahmi AHZ yang mengisi pengajian.
Datang pula KH Imdad Robbani serta KH. Abdurrohman pada sore menjelang malam tersebut.
KH Zaini Mun’im dan Kitab Nadzm Syu’abul Iman
KH. Zaini Mun’im termasuk sosok ulama yang lengkap. Beliau adalah seorang revolusioner di bidang pertanian dengan memperkenalkan tembakau.
Selain aktif mengajar santri di pondok pesantren dan turun ke masyarakat guna berdakwah, KH. Zaini Mun’im juga aktif dan terlibat dalam pergerakan sosial, baik dalam konteks pertempuran fisik maupun organisasi. Beliau adalah pemimpin PETA dan Pasukan Sabilillah.
Di samping dikenal sebagai seorang pemimpin tarekat, KH. Zaini Mun’im juga aktif di organisasi Nahdlatul Ulama sampai akhir hayatnya.
Nadzm Syu’abul Iman merupakan karya kedua yang Kiai Zaini tulis setelah Nadzm Safinatunnajah. Kitab Nadzm Syuabul Iman ditulis sejak tahun 1387 H/1967 M dan selesai pada 26 Jumadil Akhir 1932 H/5 Agustus 1972.
Menurut penelitian Masyhur Amin dan Nasikh Ridwan kitab ini dirujuk dari Al-Futuhat karya Syaikh Nawawi al-Bantani, yang juga merujuk pada dua kitab, yaitu al-Niqayah karya al-Suyuthi dan Futuhat al-Makkiyyah karya Ibn Arabi.
Secara umum, kitab ini berisi tentang 78 cabang iman (syu’ab al-iman) yang tersebar di 24 halaman kitab. Secara umum, pembahasan dalam kitab Syuabul Iman yang dapat diringkas dalam 3 kategori: teologi, fikih dan akhlaq.
Kitab ini diajarkan setelah salat jumat langsung oleh Hadratussyaikh KH. Zaini Mun’im dan menjadi salah satu kitab yang dikaji di pesantren Nurul Jadid Paiton sampai hari ini.
Bersama Kitab Nadzm Safinatunnajah, Kitab Syuabul Iman melengkapi satu paket dan modal penting dalam ilmu keagamaan sehingga bisa diakses oleh semua lapisan, lebih-lebih terkait dengan program sullamisasi seperti yang disebutkan sebelumnya.
Skema nadzam yang dipilih Kiai Zaini dalam menulis Nadzm Safinatunnajah dan Nadzm Syuabul Iman bertujuan agar pembahasan dapat diringkas, dipermudah dan terasa lebih gampang dikonsumsi masyarakat pembacanya.
Tentu saja, upaya penadzaman semacam ini membutuhkan kemampuan ilmu Bahasa Arab yang mumpuni. Bukan hanya dalam konteks struktur dan keabsahan tata bahasanya, tapi juga terkait aspek keindahan bahasa. KH. Zaini Mun’im yang sudah memperoleh ilmu bahasa arab dari tingkat dasar dari KHR. Mohammad Khalil dan KH. Muntaha Bangkalan hingga “tingkat yang lebih atasnya lagi” dari Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, tentu tidak diragukan lagi kemampuannya. (*)
Sumber infromasi : https://harakah.id/78-cabang-keimanan-mengenal-kitab-nadzm-syuabul-iman-karya-kh-zaini-munim-paiton/
(rhmn)
