SITUBONDO, GUBUKINSPIRASI.com – Sabtu (09/04/22) sore setelah hujan menyisakan abu-abu aspal jalanan lenyap dikikis udara segar nan semerbak.
Rohis Al-Furqon SMA N 1 Besuki sukses menggelar webinar secara virtual dengan durasi waktu 2 jam lebih 15 menit.
Webinar tersebut merupakan salah satu program kerja pertama Rohis Al-Furqon setelah dilantik Februari yang lalu.
Pada kesempatan ini, Rohis Al-Furqon mengangkat tema yang bertajuk “Ketika Fiqh Berbicara; Memahami Tubuh Perempuan”. Didampingi langsung oleh Ning Imaz Fatimatuz Zahra (PP. Lirboyo-Kediri) selaku pembicara.
Dialog ini dimulai dari pembahasan menyoal memahami perempuan dari segi aurat hingga cara menghadapi situasi dan kondisi dalam suatu hal yang memperbincangkan perempuan berada dalam kelas kedua setelah laki-laki. Semua dibahas tuntas mulai dari fiqih klasik hingga modern.
Memahami aurat perempuan tidak cukup hanya diserap secara teks, tapi juga kita harus memahami secara asbabun Nuzul, asbabul Khuruj dan secara konteks bagaimana suatu hal menjadi keputusan dan tidak menjadi tumpang tindih terhadap merdekanya kaum perempuan.
Sebagaimana di dalam islam, menurut Imam Syafi’i aurat seorang perempuan itu adalah seluruh tubuh terkecuali wajah dan tangan. Tentu juga ada batasan-batasan secara syariat. Jika perempuan diharuskan menutup aurat, maka laki-laki juga diharuskan untuk menjaga pandangan.
Disitulah, bentuk kesalingan akan terwujud. Batasan Syariat untuk melindungi perempuan mulai dari aktualisasi pendidikan dan masyarakat.
Untuk menangani bias gender harus sadar dan berani mengaktualisasi dirinya. Tidaklah lupa kepada sejarah, seperti contoh Sayyidah Khatijah yang memilki kecerdasan luar biasa begitupun strategi dan taktik perekonomian dalam berdangan dengan baik.
Sebagai perempuan, kita tidak boleh takut bersuara dengan lantang untuk menyuarakan kebenaran dan menumpas kemungkaran (sistem yang jauh dari maslahat). Jika ada yang menafsirkan ataupun berpendapat bahwa suara perempuan sangatlah sama dengan aurat yang harus di jaga, letak penafsirannya perlu diperdalam lagi. Sebab suara yang termasuk aurat adalah apabila suara itu mengandung syahwat.
Fardu ‘ain hukumnya bagi kita (lelaki dan perempuan) dalam melakukan sholat, mencari ilmu dan berpuasa. Sebagai manusia yang diciptakan dan memilki hak dengan porsi masing-masing, tentu dibutuhkan sinergitas dengan baik dan sehat. Sehingga tidak ada salah satu yang menjadi korban eksploitasi.
Menjadi perempuan haruslah terbiasa berjalan lebih jauh, maka dari itu kita harus menggapai dengan segigih mungkin. Siapa kita, bergantung kepada siapa yang menemani yakni dalam hal lingkungan sangat berpengaruh terhadap faktor pembentukan karakter dan tumbuh kembang pribadi seseorang.
Lalu bagaimana jika insecure masih menjadi hantu untuk mencapai aktualisasi diri?
Kita harus menyadari bahwa pemberian Allah itu indah. Jangan terpaku pada standart sosial tentang kecantikan. Jika perempuan semuanya secure (akhlak baik dan sirkel positif) maka tentu akan bersinergi dengan baik.
“Penting bagi kita (perempuan) untuk menjaga diri sendiri dan batasan-batasannya. Sebab cinta yang benar adalah cinta yang siap (Pernikahan). Ekspresi cinta selain dari itu tidak lebih dari nafsu dan kurangnya kasih sayang dari keluarga.” Pungkas Ning Imaz dalam sajian clossing steatmennya pada webinar tersebut.
Sekitar dari 50 peserta (Siswa, Mahasiswa dan umum) lebih berpartisipasi aktif, walaupun bulan puasa dan waktunya menyiapkan hidangan berbuka, antusiasme itu tidak menyulutkan semangat peserta sampai berakhirnya webinar series ini.
Semoga ini juga menjadi awal untuk Rohis Al-Furqon berjejaring lebih luas dan lebih open minded kedepan. Tutur Farah Salsabila selaku ketua Rohis Al-Furqon 2022-2023. (*)
(Reporter : Rohmah / Editor : mfth)
Pustakawan magang di Perpustakaan Jalanan Besuki Membaca. Menikmati berbagai tulisan dan kadang menumpahkan kegelisahan dan ide aneh bin nyeleneh di berbagai portal daring di dunia maya.
"Verba volant, scripta manent"