ISLAMI, GUBUKINSPIRASI.com – Islam adalah agama nasehat. Dalil tersebut tertulis dalam buku Shahih Fadhail A’mal, Syekh Mustafa Al –‘adawi, menukilkan riwayat dari Imam. Muslim yang berbunyi “ Dari Tamim Ad- Dari, Rasulullah SAW bersabda “ Agama adalah nasehat.” Para sahabat bertanya “untuk siapa wahai Rasulullah ?” beliau menjawab : “ Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, dan untuk para pemimpin kaum muslimin dan kalangan umum.” Nasehat diperuntukan kepada umat islam dengan tujuan agar dapat mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.
Sebagaimana dalam bunyi hadist diatas mengajarkan kita untuk saling menasehati, saling membantu, saling menutup aib dan saling peduli kepada saudaranya.
Nasehat adalah cara bijak untuk mengingatkan kebenaran kepada orang lain. Cara bijak ini yang menjadi kunci dari hal – hal yang perlu digaris bawahi sebab peran penting agar yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh orang lain. Namun, kebanyakan orang melupakan adab menasehati antar sesama dan tidak memperhatikan resiko yang akan terjadi setelah meyampailkan nasehat tersebut. Orang yang menyepelekan adab akan terhalang untuk mendapatkan kebaikan dan orang yang meremehkan adab akan diliputi dengan keburukan.
Sering kali orang yang diberi nasehat tersinggung atau merasa dipermalukan kemudian timbul yang namanya sakit hati, dendam, dan sombong. Lalu, seperti apakah nasehat yang baik itu? Benarkah nasehat yang awalnya menjadi niat baik namun berujung sakit?
Berikut beberapa kesalahan ketika memberikan nasehat. Pertama, nasehat tidak pada tempatnya. Setiap orang punya harga diri dan menjaga kehormatan antar sesama, memberi nasehat didepan umum bukanlah sebuah nasehat, melainkan suatu bentuk pelecehan. Nasehat menjadi baik ketika kamu mampu menyapaikan empat mata. Hal ini telah disapaikan dalam hadist Imam Syafi’i yangberbunyi “Berilah aku nasehat ketika aku sendiri dan jauhilah nasehat ditengah keramaian. Karena nasehat ditengah manusia adalah salah satu jenis caci maki yang tidak suka aku dengarkan.”
Kedua, nasehat dengan bahasa yang kasar. Untuk diterima dengan baik ditengah masyarakat, sebaiknya pintar : pintarlah kita dalam menjaga lisan, sebab tidak semua orang mampu menerima nasehat dengan bahasa yang kasar. Gunakan bahasa yang sopan dan lemah lembut ketika menyampaikan sesuatu. “Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, suka melaknat, suka berbicara kotor, dan suka berbicara jorok” (HR. Tirmidzi)
Ketiga, nasehat untuk sombong. Ada sebagian orang yang nasehatnya ditunjukkan untuk membanggakan diri dan memandang rendah orang lain karena kita merasa amal yang kita punya jauh lebih baik dibandingkan dia. Hal ini menjadi ujian sebagai umat yang merasa semakin bertambahnya ilmu atau tingginya kedudukan dapat menjadi penyebab munculnya sifat sombong. Al Imam dz Dzahabi ra berkata, “Kesombongan yang paling buruk adalah menyombongkan diri dihadapan manusia dengan ilmunya”.maka, sepatutnya bagi kita ketika menerima nasehat dengan rendah hati tanpa menolak kebenaran.
Keempat, nasehat untuk membanding – bandingkan. Meskipun mebanding – bandingkan terkadang dapat menginspirasi banyak orang untuk berubah menjadi lebih baik, namun, membanding – bandingkan dengan cara yang salah dan berlebihan juga tidak baik dalam menasehati. Karena, salah satu faktor ditolaknya nasehat oleh orang lain ketika kita terlalu berlebihan ketika membanding – bandingkan.
Kelima, tidak ikhlas memberi nasehat. Semua orang diperbolehkan untuk saling menasehati, namun tidak dianjurkan untuk memaksa menerima nasehat. Memberi nasehat dengan niat dan hati yang ikhlas karena Allah, maka akan mendapat pahala seperti orang yang melakukan. Karena niat memberi nasehat adalah untuk ditaati bukan untuk dipermasalahkan.
Keenam, nasehat untuk memancing pertengkaran. Memprovokasi atau memancing timbulnya konflik sering disebut sebagai tahrisy. Sikap kita hendaknya tabayyun sebelum menelan mentah perkataan orang lain. Jangan mudah berburuk sangka ketika mendengar sesuatu yang menjanggal. Kebiasaan mudah terhasut sehingga mencari kesalahan orang lain dapat menimbukan awal terjadinya pertengkaran.
“Sesungguhnya sesuatu yang baik jika tidak disampaikan dengan cara yang baik, maka tidak akan menghasilkan kebaikan”
*Saidatul Maghfiroh, mahasiswi kelahiran probolinggo, 31 Oktober 2001. Mahasiswi semester 4 Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Nurul Jadid. Penulis dapat disapa melalui IG : @saidamaghfiroh E-mail : saidamaghfiroh@gmail.com
Gubuk Inspirasi adalah portal daring dengan update tulisan harian. Berisi berbagai berita, tulisan dan ide hangat serta ringan nan menarik untuk menemani hari-harimu.
Kirimkan tulisan dan karyamu ke redaksi kami melalui form kirim tulisan yang tersedia atau melalui admin@gubukinspirasi.com