Oleh S. Rohmah
Part 1
Pertemuan pertama kami. Kala itu, hari telah mendadak sore. Di pinggir pantai, disaksikan burung camar, dan langitnya yang mega. Ombak dan angin juga menyapanya dengan takzim.
Sebuah lanskap yang indah.
Semua perihal takdir. Waktu yang sangat singkat menjadikan perantara sebuah pertemuan kami. Di Pantai Dutata itu, segala kenang di kening hadir. Dan segalanya tersimpan rapat, dekap menjadi dekat.
“Kau percaya, bukan. Kalau perempuan itu lebih kuat dari lelaki.”
Ucapnya di telinga kanan sambil berpelukan dan mencium kedua pipi.
“Hati-hati di jalan. Suatu saat kita akan bertemu lagi, Rohmah. Kita lanjuta berkomunikasi, yaa.”
Aku tidak bisa mengekpresikan wajahku dg tenang. Antara senang dan tersipu. Tuhan telah memberhentikan layarku sejenak bertemu dengan perempuan hebat ini.
Part 2
Aku bergegas meninggalkan pantai dengan adikku si Unik. Kami harus balik Jember dengan segera. Beliaupun harus ke Jakarta dengan segera pula. Kami saling membentangkan jarak dengan sengaja yang suatu saat dipercayakan, jarak itu akan segera melipat sendiri.
Perempuan hebat yang umurnya melewati setengah abad ini selalu bilang padaku “aku harus mensyukuri pemberian Tuhan. Aku harus berguna terhadap sesama pun alam selama hidupku, Eser.”
Selang sehari dari pertemuan pertama, kami tetap melakukan komunikasi. Sangat intens.
Kedekatan kami telah seperti anak dan ibu. Perempuan hebat ini bisa menjadi teman, sahabat, nini sekaligus ibu bagi kita yang telah mengenalnya dengan dekat.
Di samping kesibukannya mengurus Bengkel Teater, beliau selalu bertanya kabar, berdiskusi, mengirimkan buku² bacaan dan tidak lupa mengatakan “jangan lupa dibaca. Sesibuk apapun sempatkan membaca. Pelan-pelan saja.”
Part 3
Bunda adalah sosok yang selalu menguatkan anak-anaknya untuk tumbuh dan berkembang.
Selalu ingin dekat dengan siapapun lawan bicaranya.
Sewaktu Jakarta lockdown pertama kali, bunda menelfon barang sekadar menanyakan kabar dan meyakini bahwa kami akan bertemu secepat mungkin pada sesi project baru film di Banyuwangi.
Selain itu, beliau juga bertanya tentang kondisi Jember yang tidak pernah selesai dengan konflik Agrarianya. Selalu mendoakan dan mendukung kami, para anak PMII untuk terus konsisten mengawal dan berpihak pada rakyat-rakyat yang tertindas.
Part 4
Beberapa bulan mengenalnya, pagi sekali aku menerima sebuah pesan cinta darinya.
“Mulai hari ini, aku panggil kau Eser. Akronim dari Sitti Rohmah dengan arti yang luas. Semoga jadi doa baik lahir batin. Insyaallah.”
Besuki, 9 Agustus 2021
Penikmat sastra dan musik, menghabiskan waktu meniti makna dalam setiap bait kata ditemani secangkir kopi (yang tidak terlalu manis) di pagi hari.
Redaktur gubuk sastra dan cerpen minggu di Gubukinspirasi.com