Thursday, October 5, 2023

Hedonisme dan Dakwah Media Sosial, Perspektif Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Pernahkah kalian mendengar istilah hedonisme? hedonisme adalah istilah yang mungkin sudah tak asing lagi ditelinga, pola hidup seperti ini mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang sifatnya konsumtif, atau  lebih mengutamakan kesenangan dibandingkan kebutuhan.

Dikutip dari kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), hedonism merupakan pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup. 

Manusiawi memang tak kala manusia hidup untuk mencari kesenangan. Akan tetapi bukan berarti kita bisa dengan bebas dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga tidak mempedulikan orang-orang disekitar kita.

Tidak dipungkiri hedonisme semakin hari semakin merajalela dengan dibantu ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang semakin maju. Dari realita sosial, masyarakat selalu menggenggam telepon seluler dan menghabiskan waktu dengan media sosial, sehingga masyarakat tertarik dan fokus pada kemewahan hidup. Dimana hal tersebut hanya butuh validasi atau gaya hidup hedonism yang ingin diakui kehadirannya di masyarakat.

Lantas bagaimana mahasiswa KPI menyikapi hal tersebut?

Gaya hidup hedonis tentu memiliki dampak kurang baik bagi finansial, bagaimana tidak, barang barang model terbaru selalu dipamerkan di gerai-gerai mall maupun di pertokoan. Hal ini mengakibatkan pemborosan kehidupan melampaui batas, mereka yang memiliki pandangan hidup hedonis akan melakukan segala cara untuk mendapatkan barang tersebut tak peduli salah atau benar, walaupun sebenarnya mereka sedang tidak membutuhkannya. 

Mereka ingin, agar bisa diakui, bisa bergaya hidup mewah, dianggap gaul atau modis. Fear of missing out, begitu istilah kekiniannya.

Tanpa disadari, perilaku ini akan menjadi kebiasaan yang mengendap dan membentuk karakter yang sulit diubah apalagi dihilangkan. Ketika telah menaikkan gaya hidup, maka untuk menurunkan gaya hidup bukanlah hal yang mudah. Kebanyakan masyarakat memandang hedonisme hanya sebelah mata. Padahal, bila ditilik dari kecamata dakwah hal tersebut bisa menjadi peluang besar dalam berdakwah khususnya bagi mahasiswa KPI.

Baca juga :  Al-Zaytun dengan Ajaran Kontroversinya

Dakwah bisa diawali dengan kebaikan kecil, karena misi dakwah Islam adalah membawa pengaruh baik di kehidupan sehari-hari sesuai tuntunan syar`i. Sifat hedonisme yang suka menghabiskan waktu untuk berbelanja apalagi bagi kaum wanita, melihat realita yang ada tentu akan lebih efektif jika dampak negatif tersebut bisa kita tanggulangi dengan media dakwah melalui perdagangan.

Untuk itu mahasiswa KPI harus kreatif mengatasi hedonisme, seperti dalam memanfaatkan pasar online sebagai promosi berbasis dakwah. Promosi yang ditawarkan tentunya harus meminimalisir perilaku hedon yaitu sebagai contoh kita bisa menjual barang yang layak pakai seperti menjual barang bekas (thrift) khususnya dibidang fashion.

Bicara fashion, hal ini adalah sesuatu  yang sering diminati masyarakat. dimana masyarakat hedon lebih suka menirukan gaya berpakaian orang barat yang cenderung terbuka dan ketat seperti jens dll. inilah peluang bagi mahasiswa kpi untuk memperkenalkan model-model baju thrift yang tidak kalah keren dan tentunya perlu digaris bawahi harus memenuhi ketentuan agama islam. misalnya gamis, abaya, dan tunik.  

Harga barang yang ditawarkan juga terjangkau sehingga dapat mengurangi pengeluaran, karena pelaku hedon gemar menghambur-hamburkan uang. Selain itu, untuk kualitas barang sendiri masih bagus, terjaga, dan tidak jarang barang yang diperjual belikan adalah brand ternama.

Islam menolak tegas sikap materialisme dan hedonis dalam bentuk larangan sifat (israf) boros. 

Kita perlu menerapkan prinsip kesederhanaan artinya bahwa orang haruslah membelanjakan sesuatu sewajarnya dan tidak berlebih lebihan karena makanan berlebihan itu berbahaya bagi kesehatan. Sebagaimana firman Allah dalam QS.Al-A’raaf [7]:31, QS. Al-Maidah [5]:87 dan QS. Al-Furqan [25]:67

Dakwah sambil berdagang merupakan strategi yang pernah dilakukan oleh Sunan Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) alasannya adalah kegiatan ini melibatkan semua golongan masyarakat.

Baca juga :  Estetika dalam Puisi, Sebuah Kajian Mendalam

Sungguh dakwah bukan sekedar ceramah.  Dakwah pun tak harus menunggu diri kita hingga menjadi ulama.  Dakwah bukan hanya tugas pak ustadz.  Dakwah bukan  saja program acara milik lembaga-lembaga atau ormas Islam tertentu.  Dakwah tidak dilakukan oleh orang yang bergelar pak haji atau pak kyai saja.  

Karena tidak semua orang memilih profesi menjadi da’i, ustadz, atau guru.  Maka, siapapun kita dan apapun pekerjaan kita, dakwah adalah tugas seluruh umat yang mengaku dirinya muslim.(*)

Comment
Lilis Suryani
+ posts

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Terpopuler

Verified by MonsterInsights