Thursday, October 5, 2023

Panas Menyengat, Mahasiswa Mengeluh Kurang Ruang Hijau

EDITORIAL, GUBUKINSPIRASI.com – BMKG memastikan bahwa fenomena suhu (udara) panas yang terjadi disebagian wilayah Indonesia dan Kota Probolinggo khususnya bukan seperti Gelombang Panas yang terjadi pada sebagian besar negara-negara di Asia Selatan yang terdampak gelombang panas atau “heatwave”.

Badan Meteorologi di negara-negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand dan Laos telah melaporkan kejadian suhu panas lebih dari 40°C yang telah berlangsung beberapa hari belakangan dengan rekor-rekor baru suhu maksimum di wilayahnya.

Badan Meteorologi Cina (CMA) melaporkan lebih dari 100 stasiun cuaca di Cina mencatat suhu tertinggi sepanjang sejarah pengamatan instrumen untuk bulan April ini.

Di Jepang ‘panas yang luar biasa’ juga teramati dalam beberapa hari terakhir.

Kumarkhali, kota di distrik Kusthia, Bangladesh menjadi daerah terpanas dengan suhu maksimum harian yang tercatat sebesar 51,2 C pada 17 April 2023. 

Cuaca Panas dan Keluhan Mahasiswa

Cuaca saat ini, yang diakibatkan oleh fenomena El-nino yang melanda sebagian besar wilayah Asia membuat suhu panas melonjak signifikan.

Dalam fenomena ini, Kualitas udara secara umum dapat diterima bagi sebagian besar orang. Namun, kelompok yang sensitif mungkin mengalami gejala ringan hingga sedang dari keterpaparan jangka panjang.

Hal ini (el nino dan panas udara) bagi penulis bisa dirasakan dalam dua buah sudut pandang. Pertama, saat saya ke kampus di pagi hari, paparan cahaya matahari terasa cukup nyaman dan baik untuk kesehatan mengingat Vitamin D yang dikandungnya.

Akan tetapi, beda cerita dengan suasana siang hari. Cuaca panas yang menyengat mengakibatkan proses belajar mengajar sedikit terkendala akibat suhu ruangan yang menjadi cukup panas.

Kurangnya ruang hijau untuk berteduh dan untuk mahasiswi yang ingin belajar di luar ruangan menjadi salah satu poin yang perlu dipertimbangkan mengingat kondisi cuaca yang belakangan, sedang tidak baik-baik saja.

Baca juga :  3 Myths About Coconut Charcoal for Hookah

Dela Isa Fadillah, mahasiswi Universitas Nurul Jadid mengatakan, terkait dengan cuaca panas belakangan ini dan minimnya ruang terbuka hijau di lingkungan kampus. Hal itu, harus menjadi pertimbangan tersendiri untuk mulai melakukan perbaikan tata kelola dan fasilitas. Khususnya berkaitan ruang terbuka hijau.

“Pertama membuat mahasiswa gerah, yang kedua kefokusan dalam belajar kurang, yang ketiga belajar kurang bersemangat, yang keempat akibatnya halaman yang gersang, rawannya polusi, halaman kampus jadi tidak indah,” pungkasnya.

Kesimpulannya dampak dari kurangnya penghijauan itu dapat mengganggu kenyamanan mahasiswa dan mahasiswi dalam proses belajar mengajar, sekaligus mempertimbangkan kondisi cuaca belakangan ini. (*)

Comment
Ainun Nafiah
+ posts

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Terpopuler

Verified by MonsterInsights